Banyak email dan pesan singkat yang
saya terima dari mahasiswa tekait cara pembuatan foto cerita (photo story), sehingga saya harus
menuangkannya kedalam bentuk tulisan. Secara sederhana foto cerita adalah satu
kesatuan antara foto, teks dan layout
yang mengangkat isu dan tema tertentu dimana ada foto pembuka, isi dan foto penutup. Bahan baku utama adalah foto, teks menjadikan
cerita mudah dipahami sementara layout membuat cerita menjadi runut dan
teratur.
Teks dalam foto cerita biasanya
terdiri dari judul, teks utama dan caption. Judul adalah kata kuncinya,
sedangkan teks utama adalah naskah yang menjelaskan cerita secara keseluruhan.
Panjang tulisan tergantung kebutuhan, untuk surat kabar teks yang panjang
mungkin membosankan, namun sebaliknya untuk majalah dan buku, teks yang sedikit
akan membuat data terlalu minim sehingga pembaca tidak mendapatkan informasi
yang cukup. Format tulisan teks dalam foto cerita tak jauh dari format penulisan berita
pada umumnya, yaitu 5W+1H. Selain memuat teks dalam foto cerita juga harus
didukung caption. Caption dalam foto
cerita tidak mesti harus panjang karena informasi utama telah termuat dalam
teks utama. Caption dalam foto cerita bisa berupa kalimat pendek yang
menjelaskan subjek atau peristiwa dalam tiap foto.
Pembuatan foto cerita tidaklah sulit
dan tidak juga mudah. Tergantung jenis dan pendekatan yang digunakan. Foto
cerita yang dibuat dengan sangat cepat biasanya mirip seperti pembuatan hard new pada surat kabar, pertimbangannya
demi menjaga aktualitas. Umumnya bentuk seperti ini untuk kebutuhan surat
kabar. Sementara pembuatan foto cerita dengan pendekatan feature umumnya lebih memakan banyak biaya dan waktu yang lama
dalam proses pembuatannya (long-term
project). Tujuannya adalah untuk menampilkan keutuhan cerita dan detail secara kompleks.
Salah satu proyek foto cerita yang paling terkenal adalah karya W Eugene Smith,
tentang kerusakan akibat kontaminasi merkuri di Minamata, Jepang pada 1971. Smith
mengerjakan foto ceritanya selama tiga tahun karena informasi yang ia kumpulkan
sangat sedikit.
Long-term project lain yang memakan durasi lama saat liputan adalah foto cerita yang
dibuat oleh Jeffrey D. Sachs dan James Nachtwey, berjudul “The Bottom Billion-How We Can End Global Povert.” Mengangkat
cerita tentang masalah yang dihadapi negara-negara miskin didunia termasuk
Indonesia, membuat Sachs dan Nachtwey berkelana ke berbagai tempat, termasuk
Indonesia. Mereka melakukan pengamatan lapangan, mencari data statistik, dan
argumen untuk memperkuat cerita. Panjang teks sebanyak 11 halaman dengan memuat
10 foto hitam-putih, sementara layout dibuat dalam bentuk blok-blok dengan
sedikit caption.
Bentuk Foto Cerita
Secara umum ada tiga bentuk penyajian
foto cerita dalam jurnalistik, yaitu, deskriptif, naratif dan photo essay. Ketiga bentuk ini mempunyai
khas dan keunggulan masing-masing. Sehingga kita bisa menentukan dan memilih
bentuk cerita yang sesuai dan efektif untuk menyampaikan suatu cerita.
Deskriptif
- Menampilkan hal-hal menarik dari sudut pandang fotografer
- Sajian foto cerita lebih kepada kompilasi foto hasil observasi.
- Susunan foto bisa diubah atau dibalik tanpa mengubah isi cerita.
Saya tertarik dengan foto karya Mario
Cruz, asal Portugal yang di muat di laman www.wordpressphoto.org pada 18 Mei 2015. Cruz mengankat isu tentang perbudakan di Senegal. Ia
membuat foto cerita dalam bentuk deskriptif dengan pendekatan dokumenter dan
observasi. Ia memberi judul foto ceritanya “Talibes, Modern-day Slaves.”
www.wordpressphoto.org |
Naratif
- Foto cerita yang memiliki tema dan penggambaran situasi atau struktur secara spesifik
- Narasi yang bertutur dari satu kondisi hingga ke kondisi berikutnya
- Punya foto pembuka dan penutup
- Memiliki alur dan penanda yang tidak bisa sembarangan diubah susunannya (runut)
Salah satu bentuk penyajian secara
naratif di WPP 2016 lalu adalah cerita yang diangkat
oleh fotografer Sara Naomi Lewkowicz (USA) bertajuk “Emily and Kate and Eddie and Reid”. Ia mengangkat cerita tentang
aktivitas bersama dua perempuan saat proses kehamilan hingga melahiran bayi
mereka masing-masing.
www.wordpressphoto.org |
Photo Essay
- Mengangkat sebuah cerita dari sudut pandang tertentu menyangkut pertanyaan atau rangkaian agumen yang berkembang dalam masyarakat
- Memperlihatkan cara pandang (point of view) fotografer terhadap suatu isu secara jelas.
- Menggunakan teks yang porsinya lebih banyak.
- Kumpulan foto terdiri dari blok-blok.
Pengerjaan photo essay bisa dikatakan paling sulit diantara kedua bentuk foto
cerita (deskriptif dan naratif). Selain porsi teksnya yang banyak, photo essay
juga harus mengungkapkan fakta dan data yang ada dalam sebuah peristiwa.
Seorang fotografer harus mampu menampilkan hal-hal menarik dari gagasannya
sendiri atau dari satu sudut pandang.
Salah satu penyajian (layout) Photo Essay yang khas, yaitu foto terdiri dari blok-blok (sumber: http://www.thevisualnarrative.com) |
“Country Doctor” adalah photo essay karya W. Eugene Smith pada tahun 1940-an saat
ia masih bekerja untuk majalah LIFE. Smith membuatnya sebanyak 11 halaman dengan menampilkan foto-foto secara komplek (foto pembuka, isi dan penutup). Salah
satu ciri khusus photo essay adalah foto terdiri dari blok-blok.
Apa saja elemen yang harus ada dalam foto cerita?
Sama seperti penulisan berita pada umumnya,
foto cerita juga mempunyai pembuka, isi dan penutup, yang ditampilkan
dalam bentuk visual.
overall
pemotretan dengan menampilkan suasana lokasi
secara keseluruhan, biasanya berupa foto pembuka atau establishing shot. Foto pembuka diharapkan mampu menggiring pembaca
kedalam cerita. Foto pembuka harus menarik dan menggigit, sama seperti lead berita foto pembuka harus menarik perhatian dan membuat penasaran pembaca.
Foto : Reynold Sumayku
|
Medium
Foto medium mendekatkan pembaca pada subjek
cerita. Foto jenis medium berfokus pada seseorang atau grub yang berguna untuk
mempersempit cakupan cerita.Foto : Reynold Sumayku |
Detail
Foto detail/close up diambil dari bagian penting dalam suatu cerita. Detil dianggap bumbu, penguat dan pemberi nuansa khas dalam foto cerita
Interaksi
Foto : Reynold Sumayku
|
Berupa foto yang berisi hubungan
antarpelaku dengan lingkungannya.
Foto : Reynold Sumayku |
Potret
Foto tokoh atau karakter utama dalam
cerita.
Foto : Reynold Sumayku |
Signature
Inti cerita atau momen penentu, atau
bisa berupa foto yang berisi rangkuman situasi, yang memuat seluruh elemen
cerita.
Foto : Reynold Sumayku |
Clincher
Clincher atau penutup merupakan
situasi akhir atau kesimpulan yang menjadi penutup cerita
Foto : Reynold Sumayku |
Foto cerita bukanlah kumpulan foto-foto terbaik dari satu rangkaian cerita. Bisa jadi secara fotografis kurang menarik namun mampu membangun keutuhan cerita. Idealnya foto cerita terdiri antara 7-12 foto, tergantung kebutuhan cerita dan layout. Porsi foto ditentukan saat proses editing, ada kalanya dalam dalam proses editing diperlukan foto tambahan atau terdapat foto yang hasilnya tidak sesuai, sehinga harus diulang. Dalam tahapan ini seorang fotografer melakukan seleksi pada foto-foto untuk disusun menjadi sebuah cerita yang utuh. Selain itu tahap ini penting juga merujuk pada; tentang apakah foto cerita yang dibuat?, bagaimana bentuk dan struktur yang sesuai untuk menyampaikan cerita tersebut?, elemen apa saja yang perlu diceritakan?. Maka dengan begitu foto cerita yang di garap mampu memunculkan keutuhan cerita dan detail.
Tips membuat foto cerita:
Tips membuat foto cerita:
- Pilih isu dan topik menarik (bisa cakupan lokal maupun nasional)
- Lakukan riset terlebih dahulu, wawancara dan pengamatan
- Persiapan konsep secara matang dan direncanakan
- Buatlah shot list (daftar gambar yang akan di potret).
- Jika menemui kesulitan dilapangan, gunakan teory EDFAT (entire,detail, frame, angle, dan time)
- Potretlah sebanyak mungkin saat berada dilapangan, maka akan memudahkan saat tahapan editing.
- Sebelum menulis naskah, pilihlah foto terlebih dahulu kemudian baru membuat layout.
***
Penulis:
Ikbal Fanika
Pengajar lepas dan praktisi fotografi di Aceh.
Ikbal Fanika
Pengajar lepas dan praktisi fotografi di Aceh.
Ref:
Foto Jurnalistik (Taufan Wijaya)
Photo Story Handbook :panduan membuat foto cerita (Taufan Wijaya)
0 komentar